Selasa, 05 Maret 2013

"Papa ,,Mama akan berpisah"

Salah satu tugas dari orang tua adalah melindungi anak dari rasa sakit. Bukan hanya sakit fisik, tapi juga guncangan emosi. Lalu bagaimana jika keadaan memaksa Anda untuk mengungkapkan fakta yang menyakitkan? Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si.,Psi, yang akrab dipanggil Nina (psikolog anak dan keluarga dari Medicare Clinic dan Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia) menjelaskan, perkembangan otak emosional di masa kanak-kanak dan remaja lebih pesat dibandingkan otak rasionalnya.
Maka segala informasi yang akan diberikan kepada anak memang perlu dipertimbangkan efeknya. “Kalau informasi yang sifatnya baik, harus diberikan sebanyak-banyaknya, segala informasi yang sifatnya buruk lebih baik dikontroll. Tujuannya untuk mengoptimalkan perkembangan emosional mereka,” jelas Nina.
Orangtua wajib menjaga, jangan sampai informasi yang Anda beri menjauhkan anak-anak dari Anda. Sebab pada dasarnya masa kanak-kanak adalah masa untuk menumbuhkan rasa percaya kepada dirinya sendiri, juga kepada orang-orang terdekatnya.
Kepercayaan yang dibutuhkan terhadap diri sendiri adalah bahwa dirinya mampu melakukan apa yang ia ingin lakukan. “Misalnya, ketika ia haus, ia bisa mengambil minumnya sendiri, dan bisa menyembuhkan rasa hausnya. Sementara kepercayaan terhadap orang lain berarti bahwa ia merasa disayang oleh orang lain. Anak-anak harus percaya bahwa orang lain akan berusaha menyediakan bantuan untuknya. Bentuknya bisa berupa fasilitas ataupun dukungan,” jelas Nina.
Setidaknya ada 3 situasi psikologis yang perlu ditangani dengan hati-hati bila Anda ingin menjelaskannya pada anak.
PERCERAIAN
Cari waktu dan tempat yang tepat, bicaralah bersama mantan suami Anda. Minta perhatian anak untuk berita penting yang akan  disampaikan. Sampaikan bahwa mulai waktu tertentu, anak-anak akan tinggal bersama salah satu orangtua saja (yang mendapat hak asuh), misalnya Anda. Jelaskan juga, bahwa ayah mereka akan tinggal di mana. Nina menegaskan, “Yang paling penting, jelaskan bahwa walaupun kedua ayah dan ibu akan tinggal di tempat berbeda, keduanya tetap menyayangi anak-anak. Tidak akan ada yang berubah.”
Tapi berbeda usia, berbeda juga cara penyampaiannya. Untuk anak usia 5 tahun, Anda harus menyampaikannya dengan sangat hati-hati, karena trauma yang ditimbulkan mungkin juga lebih besar dibandingkan anak usia belasan tahun. Jelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana. Misalnya, sambil menunjuk kalender, terangkan dulu hari ini tanggal berapa, hari apa. Lalu katakan, “Mulai tanggal 15, kita tidak tinggal bersama papa lagi. Papa tetap tinggal di sini, tapi kita akan pindah ke rumah nenek. Tapi papa akan sering datang mengunjungi kita.”
Anak usia belasan tahun sudah dapat menangkap konsep yang lebih abstrak. Dia sudah dapat membayangkan keadaan sebuah perceraian. Tapi siapkan diri Anda untuk kemungkinan akan muncul ledakan kemarahan karena di usia remaja ini, emosi anak- anak cenderung meledak-ledak.
Problem utama anak korban perceraian adalah rasa percaya diri yang ikut surut seiring perpisahan dua orang terdekatnya. Cegah dari awal dengan membina relasi positif dengan mantan pasangan. Semakin baik hubungan orang tua, semakin baik pula konsep diri anak, meskipun dengan kondisi berpisah. Buktikan komitmen Anda ini pada anak-anak hingga mereka dewasa dan mandiri. Jika upaya itu berhasil, anak-anak akan tetap tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan menghargai institusi perkawinan.
Tip: Ajari anak menjawab pertanyaan sulit. Persiapkan anak Anda untuk menjawab pertanyaan dari teman-temannya tentang perceraian orangtua. Ajarkan anak untuk berani mengatakan, “Ya, orangtua saya bercerai, tapi mereka sangat mencintai saya meski mereka tinggal terpisah.
KEHILANGAN PEKERJAAN/USAHA GAGAL
Terbiasa segala sesuatu bisa dibeli, lalu tiba-tiba Anda harus menghitung uang dulu ketika ingin membeli sesuatu. Bagaimana keadaan ini harus Anda sampaikan pada anak-anak?
Pada anak balita, katakan bahwa ayah atau ibunya sekarang lebih banyak di rumah karena tak bekerja lagi. Jelaskan juga bahwa ayah atau ibu juga membutuhkan waktu untuk berpikir. Minta anak untuk ikut membantu berhemat. Misalnya dengan menikmati akhir pekan di rumah saja daripada ke luar rumah.
Sementara kepada anak usia belasan tahun, sampaikan dengan lebih terbuka bahwa sekarang ayah atau ibunya tidak bekerja lagi. Mereka sekeluarga sekarang harus lebih selektif melakukan pengeluaran. Nina menambahkan, “Pada segala usia, jelaskan bahwa apapun yang terjadi, Anda dan suami akan berusaha keras memenuhi kebutuhan-kebutuhan terpenting mereka, seperti yang berhubungan dengan sekolah. Anda juga bisa meminta agar anak-anak ikut berdoa agar kesulitan ini segera berlalu.”
Ketika kondisi keuangan keluarga sedang tidak baik, anak Anda mungkin mencari-cari penyebab orangtuanya kehilangan pekerjaan. Sehari-hari ia mengenal ayah atau ibunya sebagai sosok yang baik dan bisa diandalkan. Lalu perlukah anak mengetahui dengan jelas situasi pekerjaan yang sedang dihadapi orangtuanya? Mengapa orangtuanya sampai kehilangan pekerjaan atau mengalami kerugian dalam usaha? Pada anak remaja, hal tersebut bisa dilakukan. Anda bisa menjelaskan kondisi perusahaan tempat orangtua bekerja yang sedang melakukan pengurangan tenaga kerja, atau bisnis pribadi yang sedang merugi misalnya. Tapi pada anak yang masih kecil, penjelasan Anda akan sulit dipahami. Ia akan menganggap apa pun penjelasan Anda sebagai sesuatu yang mengancam. Nina menilai belum waktunya mereka tahu, dan menyarankan, “Daripada melibatkan anak dalam situasi yang tidak nyaman, lebih baik Anda fokus untuk merawat dan menyediakan berbagai kebutuhannya.”
Tip: Ikut berhemat. Bantulah anak untuk membuat catatan tentang apa saja yang perlu dihemat. Kegiatan ini dapat dijadikan sarana untuk berdiskusi mengenai kebutuhan yang penting atau tidak terlalu penting. Ajari anak untuk mulai membedakan keinginan dan kebutuhan.
ORANG TERDEKAT SAKIT KERAS
Kehilangan kehadiran seseorang yang dicintai, tentunya terasa berat. Begitu pula yang dirasakan anak-anak ketika ayah, ibu, atau nenek yang dulu selalu ada, tiba-tiba tak lagi ada. Tak perlu menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Jelaskan bahwa orangtua atau neneknya sakit parah saat ini, dan membutuhkan doa untuk kesembuhannya.
Pada anak usia belasan, Anda bisa menceritakan diagnosis dokter. Lalu libatkan anak untuk mencari tahu berbagai hal tentang penyakit tersebut melalui internet, buku, atau berbagai informasi. Tujuannya agar ia paham penyakit yang diderita orang yang dicintainya. Ketika salah seorang keluarga mengalami sakit, tentu ada waktu yang tersita untuk merawat atau berkunjung ke rumah sakit. Tapi seperti aturan  rumah sakit, anak-anak tak bisa berkunjung sesukanya. Sebagai gantinya, menurut Nina, pertemuan itu bisa diganti dengan surat, benda untuk kenang-kenangan, foto atau video. Kehadiran secara ragawi memang tak tergantikan, namun anak-anak akan cukup terhibur.
Tapi apa yang harus dilakukan bila kondisi orang yang dicintai sudah sangat gawat, dikhawatirkan hidupnya tidak akan lama lagi? “Mintalah izin pada pihak rumah sakit agar anak Anda dapat menemui anggota keluarga yang dirawat. Namun sebelum pertemuan, jelaskan kondisi pasien, agar anak tidak shock. Misalnya, eyang sekarang pakai infus, badannya kurus sekali. Kamu boleh mencium tangannya yang tidak ada selang infus,” kata Nina.
Jangan kaget jika setelah melihat orang terdekat yang makin parah, anak akan bertanya tentang kematian. “Kalau Anda merasa tidak nyaman menjawab pertanyaan itu, mintalah waktu untuk menyusun kata yang tepat. Pada anak balita, Anda bisa menerangkan, semua orang pasti mati. Tapi orang tersebut akan tetap mengisi hati kita dengan kebahagiaan yang pernah dibagi bersama.”
Tip: Gantikan kehadiran Anda. Jika ayah atau ibu cukup lama mengalami sakit, mintalah keluarga dekat untuk menggantikan kehadiran orangtua di saat-saat penting. Misalnya seorang tante untuk menemani anak belajar menghadapi ujian, atau saudara sepupu untuk menemaninya liburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar